Kata
Pengantar
بسم
الله الرحمن الرحيم
Assalamu’alaikum
wr.wb
Segala
puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
menganugerahkan Rahmat, Karunia serta Ridha-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah tentang “I’Jaz Al-Qur’an ”. Makalah ini
disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Ulumul Qur’an. Makalah ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita.
Selama
mengerjakan tugas makalah ini, kami telah banyak menerima bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih yang kepada dosen pengampu yang telah memberikan kami
pengarahan serta nasehat dalam pembuatan makalah ini, dan rekan-rekan serta
semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dan
mendukung kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap
makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan di
masa-masa mendatang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum
wr.wb
Wonosobo, 12
April 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang............................................................................... 3
B.
Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C.
Tujuan............................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
I’jaz dan Mu’jizat........................................................ 5
B.
Tujuan
I’jazil Qur’an..................................................................... 6
C.
Sejarah Singkat I’jazil Qur’an....................................................... 6
D.
Macam-Macam
I’jazil Qur’an ....................................................... 7
E.
Kadar Kemu’jizatan
...................................................................... 8
F.
Syarat-Syarat Mu’jizat
................................................................ 10
G.
Mu’jizat Al-Qur’an
..................................................................... 11
H.
Faidah
Mempelajari I’jaz Al-Qur’an........................................... 12
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................. 13
B.
Kritik Dan Saran
......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
........................................................................................
15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Al-Qur’an
adalah kitab petunjuk dan hidayah bagi manusia dan seluruh makhluk yang
bertaqwa di atas bumi ini. Seluruh alam yang luas beserta isinya dari bumi,
laut, dan segala isinya akan menjadi kecil dihadapan manusia yang lemah, karena
ia telah diberi keistimewaan-keistimewaan seperti kemampuan berpikir untuk
mengelola seluruh yang ada di hadapannya.
Allah
tidak akan membiarkan manusia tanpa adanya wahyu pada setiap masa, agar
mendapat petunjuk dan menjalankan kehidupannya dengan terang dan benar. Maka
Allah mengutus RasulNya dengan mu’jizat yang sesuai dengan kecanggihan
kaum pada masanya, agar manusia mempercayai bahwa ajaran yang ia bawa datang
dari Allah SWT. Oleh karena akal manusia pada masa pertama perkembangannya
lebih dapat menerima mu’jizat yang berupa materi, maka mu’jizat berbentuk
materi seperti mu’jizat tongkat Nabi Musa as yang bisa merubah ular
menjadi besar, juga mu’jizat Nabi Isa as yang dapat menghidupkan oeang
yang mati dengan izin Allah, dan dapat menyembuhkan orang buta.
Ketika
akal manusia mencapai kesempurnaannya, Allah memberikan risalah Muhammad
yang kekal kepada seluruh umat manusia yang tidak terbatas pada kaum di masanya
saja. Maka mu’jizatnya adalah mu’jizat yang kekal sesuai dengan
kematangan perkembangan akal manusia[1].
Dengan
mengetahui sisi kemu’jizatan Al-Qur’an, maka seorang mukmin akan menjadikan ini
sebagai elemen yang mempertebal imannya. Sehingga benar-benar tidak ada sikap
skeptis yang tertanam dalam hati mengenai agama Islamnya. Dengan demikian, maka
pokok ajaran, nilai-nilai, dan pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an dapan
diterima sepenuhnya.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Apa
pengertian I’jaz dan Mu’jizat ?
2.
Apa
tujuan dari i’jazil Qur’an ?
3.
Bagaimana
sejarah singkat ilmu i’jazil Qur’an ?
4.
Apa
saja macam-macam I’jazil Qur’an ?
5.
Bagaimana
kadar dari kemu’jizatan Al-Qur’an ?
6.
Apa
saja syarat-syarat mu’jizat ?
7.
Apa
saja mu’jizat dari Al-Qur’an ?
8.
Apa
faidah dari mempelajari I’jaz Al-Qur’an ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian i’jaz dan mu’jizat.
2.
Mengetahui
tujuan dari i’jazil Qur’an.
3.
Mengetahui
sejarah singkat i’jazil Qur’an.
4.
Mengetahui
macam-macam i’jazil Qur’an.
5.
Mengetahui
kadar dari kemu’jizatan Al-Qur’an.
6.
Mengetahui
syarat-syarat mu’jizat.
7.
Mengetahui
mu’jizat Al-Qur’an.
8.
Mengetahui
faidah dari mempelajari I’jaz Al-Qur’an.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian I’jaz dan Mu’jizat
1.
Pengertian I’jaz
Menurut
bahasa, kata i’jaz adalah mashdar dari kata kerja عَجَزَ yang berarti melemahkan. Kata i’jaz ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang
berasal dari fi’il tsulatsi mujarrad ‘ajaza yang berarti lemah, lawan
dari qadara yang berarti kuat/ mampu[2].
I’jaz ialah membuktikan kelemahan. I’jaz ialah ketidakmampuan
mengerjakan sesuatu, lawan dari kekuasaan atau kesanggupan. Apabila i’jaz telah
terbukti, nampaklah kekuasaan mu’jiz[3].
Sedangkan
secara terminologi, i’jaz menurut Manna’ Khalil al-Qathan adalah
menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuan orang lain sebagai seorang Rasul
utusan Allah SWT. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk
menandinginya atau menghadapi mu’jizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan
kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka[4].
Sebab,
Kitab Al-Qur’an telah menantang pujangga-pujangga Arab untuk membuat kitab yang
seperti Al-Qur’an, tetapi dari dulu sampai sekarang tidak ada yang mampu
membuat tandingan itu. Padahal tantangan Al-Qur’an itu sudah berkali-kali
diturunkan, dan yang disuruh menandingi
seluruh isi Al-Qur’an, dikurangi hanya supaya menandingi 10 surah saja, sampai
terakhir hanya diminta membuat tandingan sebuah surah saja pun tidak ada yang
mampu menandinginya.
Karena itu,
kitab Al-Qur’an benar-benar i’jaz atau benar-benar melemahkan manusia
seluruhnya, tak ada seorangpun yang bisa menandingi tantangannya[5].
2.
Pengertian Mu’jizat
Mu’jizat
sering diartikan sebagai suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau
menakjubkan. Menurut istilah mu’jizat adalah sesuatu yang luar biasa
yang melemahkan manusia baik sendiri atauppun kolektif untuk mendatangkan
sesuatu yang menyerupai/menyamainya yang hanya diberikan kepada Nabi/Rasul
Allah. Mu’jizat itu merupakan hal yang tidak sama dengan biasanya, yang
menyebabkan orang tidak dapat mendatangkan yang menyamainya.
Jadi,
mu’jizat itu merupakan barang yang mu’jiz, atau yang melemahkan
orang sehingga tidak dapat menandinginya. Ada yang berusaha menandinginya,
tetapi tidak dapat memenangkan pertangingan itu. Mu’jizat merupakan karunia Allah SWT
yang diberikan kepada Nabi / Rasul, sehingga tidak mungkin ada manusia yang
dapat menandinginya[6].
B.
Tujuan I’jazil Qur’an
Tujuan
I’jazil Qur’an itu banyak, diantaranya yaitu :
1.
Bukti
kenabian. Bahwa nabi Muhammad membawa Al-Qur’an sebagai mu’jizat dan diutus
untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT.
2.
Bukti
bahwa Al-Qur’an itu benar-banar wahyu Allah SWT.
3.
Menunjukan
kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia.
4.
Menunjukan
kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan
keangkuhan dan kesombongannya. Sebagai bukti kelemahannya yaitu, mereka tidak
mau beriman dan percaya kewahyuan Al-Qur’an, tetapi mereka menuduh bahwa
Al-Qur’an adalah hasil lamunan atau buatan nabi Muhammad. [7]
C.
Sejarah Singkat I’jazil Qur’an
Ada
ulama yang berpendapat bahwa, orang yang pertama kali menulis I’jazil Qur’an
adalah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Majazul Qur’an. Disusul Al-Farra
yang menulis kitab Ma’anil Qur’an. Dan disusul oleh Ibnu Quthaibah yang
mengarang kitab Ta’wilu Musykilil Qur’an. Tapi, Abd. Qohir Al-Jurjany membantah
bahwa kitab yang disebutkan tadi bukanlah ilmu I’jazil Qur’an melainkan
kitab-kitab yang membahas sesuai dengan judulnya.
Menurut
Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahis Fi Ulumil Qur’an, orang pertama
yang membicarakan I’jaz Qur’an adalah Imam Al-Jahidh, disusul Muhammad bin Zaid
Al-Wasithy, dilanjut Imam Ar-Rumany. Lalu Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany yang
mana kitabnya sangat populer, karena isinya mengupas segi-segi kebalaghahan
Al-Qur’an dan kemu’jizatannya. Terakhir disusul Abd.Qohir Al-Jurjany. Sedangkan
dimasa modern, ada para pujangga modern seperti Musthofa Shodiq Ar-Rofi’y dan
Prof. Dr. Sayyid Quthub. [8] Inilah
sejarah singkat yang kami temukan dari beberapa referensi. Adapun untuk
pembenarannya, bisa didalami atau diteliti lebih lanjut pembahasannya dan
memfokuskannya.
D.
Macam-Macam I’jazil Qur’an
Berdasarkan
analisa, kami menemukan adanya perbedaan menganai macam-macam I’jazil Qur’an
dikarena perbedaan tinjauan masing-masing. Untuk memudahkan, kami mengambil
pendapat dari Dr. Abd. Rozzaq Naufal dalam kitab Al-I’jazu Al-Adadi lil
Qur’anil Karim dan Imam Al-Jahidh. Beliau menyebutkan, bahwa I’jazil Qur’an,
yaitu :
1.
Al-I’jazul
Balaghi, yaitu kemu’jizatansegi sastra balaghahnya, yang muncul ketika masa
peningkatan mutu sastra Arab.
2.
Al-I’jazut
Tasyri’i, yaitu kemu’jizatan segi pensyari’atan hukum-hukum ajarannya, yang
muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
3.
Al-I’jazul
Ilmi, yaitu kemu’jizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa
kebangkitan ilmu dan sains dikalangan umat Islam.
4.
AL-I’jazul
Adadi, yaitu kemu’jizatan segi kuantity atau matematis/statistik, yang muncul
pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekarang ini. Contohnya, dalam
Al-Qur’an kata iblis disebutkan sampai 11 kali, dan ayat yang menyuruh mohon
perlindungan dari iblis juga disebutkan 11 kali.
5.
I’jaz
Lafal.
Alasan
kami menyimpulkan macamnya adaempat, karena dari beberapa ulama diantaranya
Imam Al-Khoththoby hanya mengatakan satu yaitu, hanya terfokus pada bidang
kebalaghahannya saja. Sedangkan Imam Al-Jahidh, hanya menyatakan bahwa kemu’jizatannya
fokus pada susuna lafal-lafalnya saja / susunannya. Dan, Moh.Ismail Ibrahim
mengatakan bahwa kemu’jizatannya fokus pada ilmu pengetahuan/gudang berbagai
disiplin ilmu pengetahuan.
E.
Kadar Kemu’jizatan
Al-Qur’an secara terus menerus
menantang semua ahli kesastraan Arab untuk mencoba menandinginya, tetapi tak
seorangpun yang mampu menjawab tantangan Al-Qur’an. Mereka bahkan tidak sanggup
menirunya karena memang Al-Qur’an berada di atas puncak yang tak mungkin
diungguli darena ia bukan kalam manusia[9].
Yang dimaksud dengan kadar atau
kapasitas kemu’jizatan Al-Qur’an ialah kadar yang menjadi mu’jizat dari
kitab Al-Qur’an itu berapa? Apakah seluruhnya, atau sebagiannya saja. Kitab
suci Al-Qur’an ini sudah 15 abad lalu mencanangkan tantangan kepada orang-orang
yang mengingkari Al-Qur’an, yakni meminta untuk ditandingi dengan membuat kitab
yang sama seperti Al-Qur’an itu.
1. Tantangan
Pertama
Mula-mula Al-Qur’an menantang orang
yang mengingkari kewhyuannya itu supaya membuat kitab tandingan yang sama
seperti seluruh isinya. Yakni mereka yang menuduh Al-Qur’an itu buatan Nabi
Muhammad SAW itu supaya embuat kitab yang sama seperti kitab Al-Qur’an itu
seluruhnya. Tantangan ini dicanangkan
dalam ayat Al-Qur’an, sebagai berikut:
÷Pr& tbqä9qà)t ¼ã&s!§qs)s? 4 @t/ w tbqãZÏB÷sã ÇÌÌÈ (#qè?ù'uù=sù ;]Ïpt¿2 ÿ¾Ï&Î#÷WÏiB bÎ) (#qçR%x. úüÏ%Ï»|¹ ÇÌÍÈ
“Ataukah mereka mengatakan: “dia (Muhammad)
membuat-buatnya”. (Tidak demikian), sebenarnya mereka tidak beriman.” Maka
hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka
orang-orang yang benar.” (QS. At- Thur ayat
33-34).
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ß§RM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
“Katakanlah: “Sesungguhnya jikan manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa dengan Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi
sebagian yang lain.”” (QS. Al- Isra’
ayat 88)[10]
2.
Tantangan
Kedua
Karena tidak ada seorangpun bisa melawan tantangan Al-Qur’an yang pertama,
karena terlalu berat, maka didispensasi atau dikurangi. Sebelumnya harus
membuat kitab tandingan yang sama dengan seluruh Al-Qur’an, lalu diturunkan
hanya membuat tandingan yang sama dengan 10 surah seperti Al-Qur’an.
÷Pr& cqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù Îô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tutIøÿãB (#qãã÷$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrß «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ óO©9Î*sù (#qç7ÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) wÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& cqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ
Bahkan mereka mengatakan : “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an
itu.” Katakanlah: “(Kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surah yang
dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar. Jika
mereka yang kalian seru itu tidak menerima seruan kalian (ajakan kalian) itu,
maka ketahuilah sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan
bahwasannya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukan kalian berserah diri
(kepada Allah)?” (QS Hud ayat
13-14)[11]
3.
Tantangan
Ketiga
Jika tantangan Al-Qur’an yang kedua ini masih juga dianggap berat,
karena harus membuat sekian banyak surah yang harus sama dengan Al-Qur’an itu,
maka tantangan itu diringankan lagi. Yakni hanya disuruh membuat tandingan satu
surah yang sama dengan Al-Qur’an. Allah berfirman :
“Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an
yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), batlah satu surah (saja) yang
semisal dengan Al-Qur’an itu, dan ajaklah penoong-penolong kalian selain Allah,
jika kalian memang orang-orang yang benar. Jika kalian tidak akan dapar
membuat(nya), dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri
kalian dari neraka yang bahan bakarnya berupa manusia dan batu yang disediakan
bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah ayat 23-24).
“Atau (patutlah) mereka mengatakan: “ Muhammad
membuat-buatnya.” Katakanlah: “(kalu benar apa yang kalian katakan itu), maka
coba datangkan sebuah surah seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat
kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang
yang benar.” (QS. Yunus ayat 38)
Dengan tantangan terakhir ini berarti kapasitas kemu’jizatan
Al-Qur’an itu hanya satu surah saja. Artinya kadar yang menjadi mu’jizat dari
Al-Qur’an itu ialah walaupun hanya satu surah sudah mu’jiz, sudah tidak
ada yang sanggup melawan dengan membuat tandingannya dari dahulu hingga
sekarang[12].
F.
Syarat-Syarat Mu’jizat
Al-Shabuni mengatakan, syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu :
1. Berupa
sesuatu yang hanya mampu diciptakan oleh Allah.
2. Berupa
sesuatu yang aneh dan keluar dari hukum alam.
3. Merupakan
bukti kebenaran dari pengakuan orang yang mengaku dirinya sebagai Rasul.
4. Pengakuan
seorang Nabi yang menantang dengan mu’jizat tersebut.
5. Tidak
seorangpun yang mampu menciptakan mu’jizat yang serupa sebagai tandingan[13].
G.
Mu’jizat Al-Qur’an
Ada banyak pendapat mengenai segi kemu’jizatan Al-Qur’an. Berikut
akan kami paparkan beberapa diantaranya. Al-Shabuni mengemukakan segi-segi
kemu’jizatan Al-Qur’an sebagai berikut:
1. Susunannya
yang indah dan berbeda dengan karya-karya yang ada dalam bahasa orang-orang
Arab.
2. Gaya
bahasa yang menakjubkan yang jauh berbeda dengan uslub-uslub bahasa
Arab.
3. Sifat
keagungannya yang tidak memungkinkan sesorang untuk mendatangkan yang serupa
dengannya.
4. Bentuk
undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna melebihi undang-undang
buatan manusia.
5. Mengabarkan
hal-hal ghaib yang tidak dapat diketahui, kecuali melalui wahyu.
6. Uraiannya
tidak ada pertentangan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipastikan
kebenarannya.
7. Setiap
janji dan ancaman yang dikabarkan benar-benar terjadi.
8. Mengandung
ilmu-ilmu pengetahuan.
9. Memenuhi
segala kebutuhan manusia.
10. Berpengaruh
pada hati pengikutnya dan orang-orang yang memusuhinya .
Al-Qadhi
Iyad Al-Basty mengatakan bahwa, kemu’jizatannya berupa[14] :
1. Susunanya
indah.
2. Uslubnya
/ gaya bahasanya lain dari pada yang lain. Alasan kenapa uslub Al-Qur’an
berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab, baik sistem ataupun susunan, kami
kaitkan dengan pernyataan Dr. Taha Husin, salah seorang pujangga Arab abad dua
puluh dalam bukunya “Hadits Syi’ri wan nasri”. Beliau mengatakan : sesungguhnya
Al-Qur’an itu bukan prosa, sebagaimana juga bukan sya’ir. Itulah Al-Qur’an yang
tidak mungkin dinamakan selain namanya. Bukan syi’ir , ini jelas karena tidak
terikat dengan aturan-aturan yang khusus, tidak terdapat dilainnya.
Kesimpulannya adalah, uslub Al-Qur’an berbeda dengan uslub-ulub yang diadakan
dan disusun oleh manusia seperti puisi, atau semisal dengannya.
3. Adanya
berita-berita ghaib yang belum terjadi, tetapi lalu betul-betul terjadi.
4. Adanya
berita-berita ghaib masa lalu dan syari’at-syari’at dahulu yang jelas dan
benar.
Akan
tetapi Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat Al-Qur’an
itu tampak dalam tiga hal pokok. Pertama, susunan redaksinya yang
mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab. Kedua, kandungan ilmu
pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang diisyaaratkannya. Ketiga, ramalan-ramalan
yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya[15].
H.
Faidah Mempelajari I’jaz Al-Qur’an
Diantara
faedah atau manfaat dari mempelajari I’jaz Al-Qur’an adalah:
1. Dengan
mempelajari I’jaz Al-Qur’an akan semakin menambah keimanan. Bahkan,
banyak juga orang masuk Islam setelah mengetahui I’jaz Al-Qur’an.
2. Dengan
mempelajari I’jaz Al-Qur’an akan semakin memperkaya khazanah keilmuan.
3. Menjaga kebenaran Al-Qur’an dari orang-orang yang
ingin melemahkan Al-Qur’an.
4. Membuktikan
kebenaran Al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang memandang remeh terhadap
Al-Qur’an[16].
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menurut
bahasa, kata i’jaz adalah mashdar dari kata kerja عَجَزَ yang berarti melemahkan. Kata i’jaz ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang
berasal dari fi’il tsulatsi mujarrad ‘ajaza yang berarti lemah, lawan
dari qadara yang berarti kuat/ mampu. Mu’jizat sering diartikan
sebagai suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau menakjubkan. Menurut istilah mu’jizat
adalah sesuatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik sendiri
atauppun kolektif untuk mendatangkan sesuatu yang menyerupai/menyamainya yang
hanya diberikan kepada Nabi/Rasul Allah. Mu’jizat itu merupakan hal yang
tidak sama dengan biasanya, yang menyebabkan orang tidak dapat mendatangkan
yang menyamainya.
2.
Tujuan
I’jazil Qur’an itu banyak, diantaranya yaitu :
a.
Bukti
kenabian.
b.
Bukti
bahwa Al-Qur’an itu benar-banar wahyu Allah SWT.
c.
Menunjukan
kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia.
d.
Menunjukan
kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan
keangkuhan dan kesombongannya.
3.
Terdapat
banyak perdebatan, Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahis Fi
Ulumil Qur’an, orang pertama yang membicarakan I’jaz Qur’an adalah Imam
Al-Jahidh, disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy, dilanjut Imam Ar-Rumany. Lalu
Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany yang mana kitabnya sangat populer, karena
isinya mengupas segi-segi kebalaghahan Al-Qur’an dan kemu’jizatannya. Terakhir
disusul Abd.Qohir Al-Jurjany. Sedangkan dimasa modern, ada para pujangga modern
seperti Musthofa Shodiq Ar-Rofi’y dan Prof. Dr. Sayyid Quthub.
4.
Macam-macam
i’jaz : balaghi, tasyri’i, ilmu dan adadi.
5.
Untuk
mengetahui kadar kemu’jizatannya, ada tiga tantangan yang termaktub.
6.
Syarat-Syarat
Mu’jizat
Al-Shabuni mengatakan,
syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu
:
a.
Berupa
sesuatu yang hanya mampu diciptakan oleh Allah.
b.
Berupa
sesuatu yang aneh dan keluar dari hukum alam.
c.
Merupakan
bukti kebenaran dari pengakuan orang yang mengaku dirinya sebagai Rasul.
d.
Pengakuan
seorang Nabi yang menantang dengan mu’jizat tersebut.
e.
Tidak
seorangpun yang mampu menciptakan mu’jizat yang serupa sebagai
tandingan.
7.
Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat Al-Qur’an
itu tampak dalam tiga hal pokok. Pertama, susunan redaksinya yang
mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab. Kedua, kandungan ilmu
pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang diisyaaratkannya. Ketiga, ramalan-ramalan
yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
8.
Faidahnya : diantara faedah atau manfaat dari mempelajari I’jaz
Al-Qur’an adalah:
a.
semakin menambah keimanan
b.
semakin memperkaya khazanah keilmuan.
c.
Menjaga kebenaran Al-Qur’an
dari orang-orang yang ingin melemahkan Al-Qur’an.
d.
Membuktikan kebenaran Al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang
memandang remeh terhadap Al-Qur’an
B.
Kritik dan Saran
1.
Bagi
pemakalah selanjutnya, diharapkan lebih cermat dalam membaca ayat Al-Qur’an,
hadits atau teks-teks Arab yang lain, khususnya ketika presentasi untuk
meminimalisir salah baca yang dapat menyebabkan terjadinya misstranslateration
atau salah penafsiran.
2.
Perlu
diluruskan bahwa, bahasa Arab yang ditulis kedalam bentuk bahasa latin
(Indonesia), ketika membacanya tetap sebagaimana ketika teks tersebut ditulis
dalam bahasa Arab, bukan dieja dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh : Asbab
Al-Nuzul tetap dibaca Asbabunnuzul.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. Usman M.Ag,
Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2009). Hlm. 285-286.
Mawardi
Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).
Mohammad Gufron
M.Pd dan Rahmaawati MA, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2013).
Prof. D.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 2010). Hlm.293
Prof. Dr. H.
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm.
275-276.
[1] Mawardi
Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hlm.
121-122.
[2] Prof. Dr. H.
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm.
275-276.
[3] Prof. D.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra, 2010). Hlm.293
[4] Dr. Usman
M.Ag, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2009). Hlm. 285-286.
[5] Prof. Dr. H.
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm.
276.
[6] Ibid. Hlm.
277.
[7]Prof. Dr. H.
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013).
Hal.278.
[8] Prof. Dr. H.
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hal.280.
[9] Mawardi
Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hlm. 129.
[10] Prof. Dr. H.
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm.
286.
[11] Ibid. Hlm.
287.
[12] Ibid. Hlm. 288
[13] Mohammad
Gufron M.Pd dan Rahmaawati MA, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2013).
Hlm. 60.
[14] Prof. Dr. H.
Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hal.289-290
[15] Mawardi
Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hlm.133.
[16] Mohammad
Gufron M.Pd dan Rahmaawati MA, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2013).
Hlm. 62.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar