Kamis, 19 Januari 2017

i'jaz al-qur'an



Kata Pengantar
بسم الله الرحمن الرحيم

Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan Rahmat, Karunia serta Ridha-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang “I’Jaz Al-Qur’an ”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Ulumul Qur’an. Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi kita.
Selama mengerjakan tugas makalah ini, kami telah banyak menerima bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang kepada dosen pengampu yang telah memberikan kami pengarahan serta nasehat dalam pembuatan makalah ini, dan rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan makalah ini.
Akhirnya kami berharap makalah ini dapat berguna dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Kami mengharapkan kritik dan saran untuk kemajuan di masa-masa mendatang. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb


Wonosobo, 12 April 2016
Penyusun







DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................................... 1
Daftar Isi.................................................................................................................. 2
BAB I        PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang............................................................................... 3
B.       Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C.       Tujuan............................................................................................ 4
BAB II       PEMBAHASAN
A.       Pengertian I’jaz dan Mu’jizat........................................................ 5
B.        Tujuan I’jazil Qur’an..................................................................... 6
C.        Sejarah Singkat I’jazil Qur’an....................................................... 6
D.      Macam-Macam I’jazil Qur’an ....................................................... 7
E.       Kadar Kemu’jizatan ...................................................................... 8
F.        Syarat-Syarat Mu’jizat ................................................................ 10
G.      Mu’jizat Al-Qur’an ..................................................................... 11
H.      Faidah Mempelajari I’jaz Al-Qur’an........................................... 12

BAB III     PENUTUP
A.      Kesimpulan ................................................................................. 13
B.       Kritik Dan Saran ......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kitab petunjuk dan hidayah bagi manusia dan seluruh makhluk yang bertaqwa di atas bumi ini. Seluruh alam yang luas beserta isinya dari bumi, laut, dan segala isinya akan menjadi kecil dihadapan manusia yang lemah, karena ia telah diberi keistimewaan-keistimewaan seperti kemampuan berpikir untuk mengelola seluruh yang ada di hadapannya.
Allah tidak akan membiarkan manusia tanpa adanya wahyu pada setiap masa, agar mendapat petunjuk dan menjalankan kehidupannya dengan terang dan benar. Maka Allah mengutus RasulNya dengan mu’jizat yang sesuai dengan kecanggihan kaum pada masanya, agar manusia mempercayai bahwa ajaran yang ia bawa datang dari Allah SWT. Oleh karena akal manusia pada masa pertama perkembangannya lebih dapat menerima mu’jizat yang berupa materi, maka mu’jizat berbentuk materi seperti mu’jizat tongkat Nabi Musa as yang bisa merubah ular menjadi besar, juga mu’jizat Nabi Isa as yang dapat menghidupkan oeang yang mati dengan izin Allah, dan dapat menyembuhkan orang buta.
Ketika akal manusia mencapai kesempurnaannya, Allah memberikan risalah Muhammad yang kekal kepada seluruh umat manusia yang tidak terbatas pada kaum di masanya saja. Maka mu’jizatnya adalah mu’jizat yang kekal sesuai dengan kematangan perkembangan akal manusia[1].
Dengan mengetahui sisi kemu’jizatan Al-Qur’an, maka seorang mukmin akan menjadikan ini sebagai elemen yang mempertebal imannya. Sehingga benar-benar tidak ada sikap skeptis yang tertanam dalam hati mengenai agama Islamnya. Dengan demikian, maka pokok ajaran, nilai-nilai, dan pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an dapan diterima sepenuhnya.




B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.      Apa pengertian I’jaz dan Mu’jizat ?
2.      Apa tujuan dari i’jazil Qur’an ?
3.      Bagaimana sejarah singkat ilmu i’jazil Qur’an ?
4.      Apa saja macam-macam I’jazil Qur’an ?
5.      Bagaimana kadar dari kemu’jizatan Al-Qur’an ?
6.      Apa saja syarat-syarat mu’jizat ?
7.      Apa saja mu’jizat dari Al-Qur’an ?
8.      Apa faidah dari mempelajari I’jaz Al-Qur’an ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian i’jaz dan mu’jizat.
2.      Mengetahui tujuan dari i’jazil Qur’an.
3.      Mengetahui sejarah singkat i’jazil Qur’an.
4.      Mengetahui macam-macam i’jazil Qur’an.
5.      Mengetahui kadar dari kemu’jizatan Al-Qur’an.
6.      Mengetahui syarat-syarat mu’jizat.
7.      Mengetahui mu’jizat Al-Qur’an.
8.      Mengetahui faidah dari mempelajari I’jaz Al-Qur’an.











BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian I’jaz dan Mu’jizat
1.      Pengertian I’jaz
Menurut bahasa, kata i’jaz adalah mashdar dari kata kerja عَجَزَ yang berarti melemahkan. Kata i’jaz  ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il tsulatsi mujarrad ‘ajaza yang berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti kuat/ mampu[2]. I’jaz ialah membuktikan kelemahan. I’jaz ialah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari kekuasaan atau kesanggupan. Apabila i’jaz telah terbukti, nampaklah kekuasaan mu’jiz[3].
Sedangkan secara terminologi, i’jaz menurut Manna’ Khalil al-Qathan adalah menampakkan kebenaran Nabi SAW dalam pengakuan orang lain sebagai seorang Rasul utusan Allah SWT. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi mu’jizat yang abadi, yaitu Al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka[4].
Sebab, Kitab Al-Qur’an telah menantang pujangga-pujangga Arab untuk membuat kitab yang seperti Al-Qur’an, tetapi dari dulu sampai sekarang tidak ada yang mampu membuat tandingan itu. Padahal tantangan Al-Qur’an itu sudah berkali-kali diturunkan, dan  yang disuruh menandingi seluruh isi Al-Qur’an, dikurangi hanya supaya menandingi 10 surah saja, sampai terakhir hanya diminta membuat tandingan sebuah surah saja pun tidak ada yang mampu menandinginya.
Karena itu, kitab Al-Qur’an benar-benar i’jaz atau benar-benar melemahkan manusia seluruhnya, tak ada seorangpun yang bisa menandingi tantangannya[5].
2.      Pengertian Mu’jizat
Mu’jizat sering diartikan sebagai suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau menakjubkan. Menurut istilah mu’jizat adalah sesuatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik sendiri atauppun kolektif untuk mendatangkan sesuatu yang menyerupai/menyamainya yang hanya diberikan kepada Nabi/Rasul Allah. Mu’jizat itu merupakan hal yang tidak sama dengan biasanya, yang menyebabkan orang tidak dapat mendatangkan yang menyamainya.
Jadi, mu’jizat itu merupakan barang yang mu’jiz, atau yang melemahkan orang sehingga tidak dapat menandinginya. Ada yang berusaha menandinginya, tetapi tidak dapat memenangkan pertangingan itu.  Mu’jizat merupakan karunia Allah SWT yang diberikan kepada Nabi / Rasul, sehingga tidak mungkin ada manusia yang dapat menandinginya[6]. 
B.     Tujuan I’jazil Qur’an
Tujuan I’jazil Qur’an itu banyak, diantaranya yaitu :
1.      Bukti kenabian. Bahwa nabi Muhammad membawa Al-Qur’an sebagai mu’jizat dan diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran Allah SWT.
2.      Bukti bahwa Al-Qur’an itu benar-banar wahyu Allah SWT.
3.      Menunjukan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia.
4.      Menunjukan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Sebagai bukti kelemahannya yaitu, mereka tidak mau beriman dan percaya kewahyuan Al-Qur’an, tetapi mereka menuduh bahwa Al-Qur’an adalah hasil lamunan atau buatan nabi Muhammad. [7]
C.    Sejarah Singkat I’jazil Qur’an
Ada ulama yang berpendapat bahwa, orang yang pertama kali menulis I’jazil Qur’an adalah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Majazul Qur’an. Disusul Al-Farra yang menulis kitab Ma’anil Qur’an. Dan disusul oleh Ibnu Quthaibah yang mengarang kitab Ta’wilu Musykilil Qur’an. Tapi, Abd. Qohir Al-Jurjany membantah bahwa kitab yang disebutkan tadi bukanlah ilmu I’jazil Qur’an melainkan kitab-kitab yang membahas sesuai dengan judulnya.
Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahis Fi Ulumil Qur’an, orang pertama yang membicarakan I’jaz Qur’an adalah Imam Al-Jahidh, disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy, dilanjut Imam Ar-Rumany. Lalu Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany yang mana kitabnya sangat populer, karena isinya mengupas segi-segi kebalaghahan Al-Qur’an dan kemu’jizatannya. Terakhir disusul Abd.Qohir Al-Jurjany. Sedangkan dimasa modern, ada para pujangga modern seperti Musthofa Shodiq Ar-Rofi’y dan Prof. Dr. Sayyid Quthub. [8] Inilah sejarah singkat yang kami temukan dari beberapa referensi. Adapun untuk pembenarannya, bisa didalami atau diteliti lebih lanjut pembahasannya dan memfokuskannya.
D.    Macam-Macam I’jazil Qur’an
Berdasarkan analisa, kami menemukan adanya perbedaan menganai macam-macam I’jazil Qur’an dikarena perbedaan tinjauan masing-masing. Untuk memudahkan, kami mengambil pendapat dari Dr. Abd. Rozzaq Naufal dalam kitab Al-I’jazu Al-Adadi lil Qur’anil Karim dan Imam Al-Jahidh. Beliau menyebutkan, bahwa I’jazil Qur’an, yaitu :
1.      Al-I’jazul Balaghi, yaitu kemu’jizatansegi sastra balaghahnya, yang muncul ketika masa peningkatan mutu sastra Arab.
2.      Al-I’jazut Tasyri’i, yaitu kemu’jizatan segi pensyari’atan hukum-hukum ajarannya, yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
3.      Al-I’jazul Ilmi, yaitu kemu’jizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains dikalangan umat Islam.
4.      AL-I’jazul Adadi, yaitu kemu’jizatan segi kuantity atau matematis/statistik, yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekarang ini. Contohnya, dalam Al-Qur’an kata iblis disebutkan sampai 11 kali, dan ayat yang menyuruh mohon perlindungan dari iblis juga disebutkan 11 kali.
5.      I’jaz Lafal.

Alasan kami menyimpulkan macamnya adaempat, karena dari beberapa ulama diantaranya Imam Al-Khoththoby hanya mengatakan satu yaitu, hanya terfokus pada bidang kebalaghahannya saja. Sedangkan Imam Al-Jahidh, hanya menyatakan bahwa kemu’jizatannya fokus pada susuna lafal-lafalnya saja / susunannya. Dan, Moh.Ismail Ibrahim mengatakan bahwa kemu’jizatannya fokus pada ilmu pengetahuan/gudang berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
E.     Kadar Kemu’jizatan
Al-Qur’an secara terus menerus menantang semua ahli kesastraan Arab untuk mencoba menandinginya, tetapi tak seorangpun yang mampu menjawab tantangan Al-Qur’an. Mereka bahkan tidak sanggup menirunya karena memang Al-Qur’an berada di atas puncak yang tak mungkin diungguli darena ia bukan kalam manusia[9].
Yang dimaksud dengan kadar atau kapasitas kemu’jizatan Al-Qur’an ialah kadar yang menjadi mu’jizat dari kitab Al-Qur’an itu berapa? Apakah seluruhnya, atau sebagiannya saja. Kitab suci Al-Qur’an ini sudah 15 abad lalu mencanangkan tantangan kepada orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an, yakni meminta untuk ditandingi dengan membuat kitab yang sama seperti Al-Qur’an itu.
1.      Tantangan Pertama
Mula-mula Al-Qur’an menantang orang yang mengingkari kewhyuannya itu supaya membuat kitab tandingan yang sama seperti seluruh isinya. Yakni mereka yang menuduh Al-Qur’an itu buatan Nabi Muhammad SAW itu supaya embuat kitab yang sama seperti kitab Al-Qur’an itu seluruhnya.  Tantangan ini dicanangkan dalam ayat Al-Qur’an, sebagai berikut:
÷Pr& tbqä9qà)tƒ ¼ã&s!§qs)s? 4 @t/ žw tbqãZÏB÷sムÇÌÌÈ   (#qè?ù'uù=sù ;]ƒÏpt¿2 ÿ¾Ï&Î#÷WÏiB bÎ) (#qçR%x. šúüÏ%Ï»|¹ ÇÌÍÈ  
 Ataukah mereka mengatakan: “dia (Muhammad) membuat-buatnya”. (Tidak demikian), sebenarnya mereka tidak beriman.” Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka orang-orang yang benar.” (QS. At- Thur ayat 33-34).
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ß§RM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù'tƒ È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# Ÿw tbqè?ù'tƒ ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur šc%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZŽÎgsß ÇÑÑÈ  
“Katakanlah: “Sesungguhnya jikan manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”” (QS. Al- Isra’ ayat 88)[10]
2.      Tantangan Kedua
Karena tidak ada seorangpun bisa melawan tantangan Al-Qur’an yang pertama, karena terlalu berat, maka didispensasi atau dikurangi. Sebelumnya harus membuat kitab tandingan yang sama dengan seluruh Al-Qur’an, lalu diturunkan hanya membuat tandingan yang sama dengan 10 surah seperti Al-Qur’an.
÷Pr& šcqä9qà)tƒ çm1uŽtIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù ÎŽô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tƒuŽtIøÿãB (#qãã÷Š$#ur Ç`tB OçF÷èsÜtGó$# `ÏiB Èbrߊ «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÊÌÈ   óO©9Î*sù (#qç7ŠÉftFó¡o öNä3s9 (#þqßJn=÷æ$$sù !$yJ¯Rr& tAÌRé& ÄNù=ÏèÎ/ «!$# br&ur Hw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ( ö@ygsù OçFRr& šcqßJÎ=ó¡B ÇÊÍÈ   
Bahkan mereka mengatakan : “Muhammad telah membuat-buat Al-Qur’an itu.” Katakanlah: “(Kalau demikian) maka datangkanlah sepuluh surah yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar. Jika mereka yang kalian seru itu tidak menerima seruan kalian (ajakan kalian) itu, maka ketahuilah sesungguhnya Al-Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah, dan bahwasannya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukan kalian berserah diri (kepada Allah)?” (QS Hud ayat 13-14)[11]
3.      Tantangan Ketiga
Jika tantangan Al-Qur’an yang kedua ini masih juga dianggap berat, karena harus membuat sekian banyak surah yang harus sama dengan Al-Qur’an itu, maka tantangan itu diringankan lagi. Yakni hanya disuruh membuat tandingan satu surah yang sama dengan Al-Qur’an. Allah berfirman :
“Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), batlah satu surah (saja) yang semisal dengan Al-Qur’an itu, dan ajaklah penoong-penolong kalian selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar. Jika kalian tidak akan dapar membuat(nya), dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya berupa manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Baqarah ayat 23-24).
“Atau (patutlah) mereka mengatakan: “ Muhammad membuat-buatnya.” Katakanlah: “(kalu benar apa yang kalian katakan itu), maka coba datangkan sebuah surah seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian memang orang-orang yang benar.” (QS. Yunus ayat 38)
Dengan tantangan terakhir ini berarti kapasitas kemu’jizatan Al-Qur’an itu hanya satu surah saja. Artinya kadar yang menjadi mu’jizat dari Al-Qur’an itu ialah walaupun hanya satu surah sudah mu’jiz, sudah tidak ada yang sanggup melawan dengan membuat tandingannya dari dahulu hingga sekarang[12].
F.     Syarat-Syarat Mu’jizat
Al-Shabuni mengatakan, syarat-syarat  yang harus dipenuhi yaitu :
1.      Berupa sesuatu yang hanya mampu diciptakan oleh Allah.
2.      Berupa sesuatu yang aneh dan keluar dari hukum alam.
3.      Merupakan bukti kebenaran dari pengakuan orang yang mengaku dirinya sebagai Rasul.
4.      Pengakuan seorang Nabi yang menantang dengan mu’jizat tersebut.
5.      Tidak seorangpun yang mampu menciptakan mu’jizat yang serupa sebagai tandingan[13].




G.    Mu’jizat Al-Qur’an
Ada banyak pendapat mengenai segi kemu’jizatan Al-Qur’an. Berikut akan kami paparkan beberapa diantaranya. Al-Shabuni mengemukakan segi-segi kemu’jizatan Al-Qur’an sebagai berikut:
1.      Susunannya yang indah dan berbeda dengan karya-karya yang ada dalam bahasa orang-orang Arab.
2.      Gaya bahasa yang menakjubkan yang jauh berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab.
3.      Sifat keagungannya yang tidak memungkinkan sesorang untuk mendatangkan yang serupa dengannya.
4.      Bentuk undang-undang di dalamnya sangat rinci dan sempurna melebihi undang-undang buatan manusia.
5.      Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak dapat diketahui, kecuali melalui wahyu.
6.      Uraiannya tidak ada pertentangan dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang dipastikan kebenarannya.
7.      Setiap janji dan ancaman yang dikabarkan benar-benar terjadi.
8.      Mengandung ilmu-ilmu pengetahuan.
9.      Memenuhi segala kebutuhan manusia.
10.  Berpengaruh pada hati pengikutnya dan orang-orang yang memusuhinya .

Al-Qadhi Iyad Al-Basty mengatakan bahwa, kemu’jizatannya berupa[14] :
1.      Susunanya indah.
2.      Uslubnya / gaya bahasanya lain dari pada yang lain. Alasan kenapa uslub Al-Qur’an berbeda dengan uslub-uslub bahasa Arab, baik sistem ataupun susunan, kami kaitkan dengan pernyataan Dr. Taha Husin, salah seorang pujangga Arab abad dua puluh dalam bukunya “Hadits Syi’ri wan nasri”. Beliau mengatakan : sesungguhnya Al-Qur’an itu bukan prosa, sebagaimana juga bukan sya’ir. Itulah Al-Qur’an yang tidak mungkin dinamakan selain namanya. Bukan syi’ir , ini jelas karena tidak terikat dengan aturan-aturan yang khusus, tidak terdapat dilainnya. Kesimpulannya adalah, uslub Al-Qur’an berbeda dengan uslub-ulub yang diadakan dan disusun oleh manusia seperti puisi, atau semisal dengannya.
3.      Adanya berita-berita ghaib yang belum terjadi, tetapi lalu betul-betul terjadi.
4.      Adanya berita-berita ghaib masa lalu dan syari’at-syari’at dahulu yang jelas dan benar.
Akan tetapi Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat Al-Qur’an itu tampak dalam tiga hal pokok. Pertama, susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang diisyaaratkannya. Ketiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya[15].
H.    Faidah Mempelajari I’jaz Al-Qur’an
Diantara faedah atau manfaat dari mempelajari I’jaz Al-Qur’an adalah:
1.      Dengan mempelajari I’jaz Al-Qur’an akan semakin menambah keimanan. Bahkan, banyak juga orang masuk Islam setelah mengetahui I’jaz Al-Qur’an.
2.      Dengan mempelajari I’jaz Al-Qur’an akan semakin memperkaya khazanah keilmuan.
3.      Menjaga  kebenaran Al-Qur’an dari orang-orang yang ingin melemahkan Al-Qur’an.
4.      Membuktikan kebenaran Al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang memandang remeh terhadap Al-Qur’an[16].





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Menurut bahasa, kata i’jaz adalah mashdar dari kata kerja عَجَزَ yang berarti melemahkan. Kata i’jaz  ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari fi’il tsulatsi mujarrad ‘ajaza yang berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti kuat/ mampu. Mu’jizat sering diartikan sebagai suatu hal yang luar biasa, ajaib, atau menakjubkan. Menurut istilah mu’jizat adalah sesuatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik sendiri atauppun kolektif untuk mendatangkan sesuatu yang menyerupai/menyamainya yang hanya diberikan kepada Nabi/Rasul Allah. Mu’jizat itu merupakan hal yang tidak sama dengan biasanya, yang menyebabkan orang tidak dapat mendatangkan yang menyamainya.
2.      Tujuan I’jazil Qur’an itu banyak, diantaranya yaitu :
a.       Bukti kenabian.
b.      Bukti bahwa Al-Qur’an itu benar-banar wahyu Allah SWT.
c.       Menunjukan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasa manusia.
d.      Menunjukan kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya.
3.      Terdapat banyak perdebatan, Menurut Dr. Shubhi Ash-Sholeh dalam kitabnya Mabahis Fi Ulumil Qur’an, orang pertama yang membicarakan I’jaz Qur’an adalah Imam Al-Jahidh, disusul Muhammad bin Zaid Al-Wasithy, dilanjut Imam Ar-Rumany. Lalu Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baqillany yang mana kitabnya sangat populer, karena isinya mengupas segi-segi kebalaghahan Al-Qur’an dan kemu’jizatannya. Terakhir disusul Abd.Qohir Al-Jurjany. Sedangkan dimasa modern, ada para pujangga modern seperti Musthofa Shodiq Ar-Rofi’y dan Prof. Dr. Sayyid Quthub.
4.      Macam-macam i’jaz : balaghi, tasyri’i, ilmu dan adadi.
5.      Untuk mengetahui kadar kemu’jizatannya, ada tiga tantangan yang termaktub.
6.      Syarat-Syarat Mu’jizat
Al-Shabuni mengatakan, syarat-syarat  yang harus dipenuhi yaitu :
a.       Berupa sesuatu yang hanya mampu diciptakan oleh Allah.
b.      Berupa sesuatu yang aneh dan keluar dari hukum alam.
c.       Merupakan bukti kebenaran dari pengakuan orang yang mengaku dirinya sebagai Rasul.
d.      Pengakuan seorang Nabi yang menantang dengan mu’jizat tersebut.
e.       Tidak seorangpun yang mampu menciptakan mu’jizat yang serupa sebagai tandingan.
7.      Quraish Shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat Al-Qur’an itu tampak dalam tiga hal pokok. Pertama, susunan redaksinya yang mencapai puncak tertinggi dari sastra Arab. Kedua, kandungan ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu yang diisyaaratkannya. Ketiga, ramalan-ramalan yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
8.      Faidahnya : diantara faedah atau manfaat dari mempelajari I’jaz Al-Qur’an adalah:
a.       semakin menambah keimanan
b.      semakin memperkaya khazanah keilmuan.
c.       Menjaga  kebenaran Al-Qur’an dari orang-orang yang ingin melemahkan Al-Qur’an.
d.      Membuktikan kebenaran Al-Qur’an pada musuh-musuh Islam yang memandang remeh terhadap Al-Qur’an
B.     Kritik dan Saran
1.      Bagi pemakalah selanjutnya, diharapkan lebih cermat dalam membaca ayat Al-Qur’an, hadits atau teks-teks Arab yang lain, khususnya ketika presentasi untuk meminimalisir salah baca yang dapat menyebabkan terjadinya misstranslateration atau salah penafsiran.
2.      Perlu diluruskan bahwa, bahasa Arab yang ditulis kedalam bentuk bahasa latin (Indonesia), ketika membacanya tetap sebagaimana ketika teks tersebut ditulis dalam bahasa Arab, bukan dieja dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh : Asbab Al-Nuzul tetap dibaca Asbabunnuzul.


DAFTAR PUSTAKA

Dr. Usman M.Ag, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2009). Hlm. 285-286.

Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011).

Mohammad Gufron M.Pd dan Rahmaawati MA, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2013).

Prof. D. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010). Hlm.293

Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm. 275-276.



[1] Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hlm. 121-122.
[2] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm. 275-276.
[3] Prof. D. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2010). Hlm.293
[4] Dr. Usman M.Ag, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2009). Hlm. 285-286.
[5] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm. 276.
[6] Ibid. Hlm. 277.
[7]Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hal.278.
[8] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hal.280.
[9] Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hlm. 129.
[10] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hlm. 286.
[11] Ibid. Hlm. 287.
[12] Ibid. Hlm. 288
[13] Mohammad Gufron M.Pd dan Rahmaawati MA, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2013). Hlm. 60.
[14] Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A, Ulumul Qur’an, (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013). Hal.289-290
[15] Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). Hlm.133.
[16] Mohammad Gufron M.Pd dan Rahmaawati MA, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Teras, 2013). Hlm. 62.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar