Sabtu, 17 Juni 2017

BAHASA DAN BERBAHASA-Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikolinguistik



MAKALAH
BAHASA DAN BERBAHASA / لغة و تكلّم
(Kajian Abdul Chaer)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Al-Lughoh An-Nafsi
Dosen Pengampu : Ahmad Rois, M. Pd. I


Disusun oleh
Pitria Ningsih

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
2017
 


مقدّمة
بسم الله الرحمن الرحيم
السّلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله ربّ العالمين وبه نستعين و على عمور الدّنيا و الدّين . وصلى الله وسلم على سيّدنا محمّد خاتم النّبيين و اله وصحبه أجمعين و لا حول ولا قوّة إلا با لله العلي العظيم .
الحمد لله على قدرة الله, حتى نستطيع أنهى هذه عنوان المقالة "لغة و تكلّم". نسكر شكرا كثيرا الى انتم جميعا, ساعدْتم نا. أدْرك الكاتب موجد أخْطاء كثير من هذه المقالة .  و لذٰلك النّقْد أو الإفْتراح   من انتم يتسلّم لنا. لعلّ ما في هذه المقالة يصير علم منفعة . امين .
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


ونوصبو , ۰۴–۱۰– ۲۰۱۷
الكاتب







Daftar Isi
مقدمة ……………………………………………………………………….  1
Daftar Isi ………………………………………………………………….   2
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang … …………………………………………………  3
B.     Rumusan Masalah …………………………………………………  3
C.     Tujuan …………………………………………………………….   4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Bahasa dan Berbahasa …………………………………… 5
B.     Asal-Usul Bahasa ………………………………………………….  6
C.     Struktur Bahasa …………………………………………………… 6
D.    Proses Berbahasa ………………………………………………….. 8
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ………………………………………………………..  11
B.     Saran ………………………………………………………………. 11
Daftar Pustaka …………………………………………………………...  12















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kita tahu bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ada hal unik kenapa kami memberi judul makalah "Bahasa dan Berbahasa" pada pembahasan kali ini. Uniknya, kita tahu bahwa bahasa itu tidak mungkin bias lepas dari kehidupan manusia. Hingga ada juga yang mengatakan, bahwa bahasa itu adalah milik manusia yang telah menyatu dengan pemiliknya. Sehingga bahasa itu selalu muncul dalam segala aspek dan kegiatan manusia. Kita sebagai pelajar yang khususnya sedang mendalami ilmu kebahasaan, yaitu pendidikan Bahasa Arab tak sedikit mengartikan kata bahasa dan berbahasa itu adalah hal yang sama. Padahal dilihat dari kata-nya saja sudah sangat jelas berbeda. Dimana jika kaitkan dengan kajian bahasa Arab, kata "bahasa" itu merupakan isim "لغة" dimana ia berfungsi sebagai alat verbal untuk berkomunikasi. Sedangkan "berbahasa/takallam" itu merupakan prosesnya dalam artian dikataan sebagai fi'il, dimana berbahasa itu proses penyampaian informasi dalam sebuah komunikasi. Jadi ketika ada yang bertanya, bahasamu bahasa apa ? ana berbahasa Indonesia. Itu merupakan salah satu kekeliruan. Seharusnya kita cukup menjawabnya "bahasa Indonesia". Karena bahasa dan berbahasa merupakan hal yang berbeda.
Sangat penting bagi kita mempelajari materi ini. Khususnya kita sebagai calon pendidik yang nantinya akan mengajarkan materi bahasa Arab, alangkah baiknya kita mengetahui hakikat dari bahasa itu, asal-usulnya, strukturnya, dan juga prosesnya. Karena, menurut kami, ini merupakan modal penting bagi kita.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1.      Apa hakikat dari bahasa ?
2.      Bagaimana asal-usul bahasa ?
3.      Bagaimana struktur dalam bahasa ?
4.      Bagaimana proses berbahasa ?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini, pembaca dapat mengetahui :
1.      Hakikat bahasa
2.      Asal-usul bahasa
3.      Struktur bahasa
4.      Proses berbahasa

























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Bahasa Dan Berbahasa
Banyak pendapat yang mengungkapkan pengertian dari bahasa itu sendiri. Didalam kamus Bahasa Indonesia saja, kata bahasa memiliki lebih dari satu makna atau pengertian, sehingga seringkali membingungkan. Seperti yang telah kita pelajari pada bab sebelumnya tentang teori-teori linguistic. Bahwa bahasa sebagai objek linguistic adalah langue, langage, dan parole.[1]
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. (Kridalaksana: 1983). Hakikat bahasa sama pengertiannya dengan ciri atau sifat hakiki terhadap bahasa. Chaer (1994:33) mengemukakan hakekat bahasa itu di antaranya adalah sebagai berikut :[2]
1.      bahasa itu adalah sebuah sistem,
2.      bahasa itu berwujud lambang,
3.      bahasa itu berupa bunyi,
4.      bahasa itu bersifat arbitrer dan konvensional,
5.      bahasa itu bermakna,
6.      bahasa itu bersifat unik,
7.      bahasa itu bersifat universal,
8.      bahasa itu bersifat produktif,
9.      bahasa itu bervariasi,
10.  bahasa itu konvensional,
11.  bahasa itu bersifat dinamis, dan
12.  bahasa itu manusiawi.
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi. Berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi.  Dalam linguistic bahasa sebagai objek kajiannya, sedangkan berbahasa adalah objek kajian ilmu psikologi. Kami tekankan kembali, antara bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Jika bahasa dikatakan sebagai alatnya, maka berbahasa adalah prosesnya didalam berkomunikasi.
B.     Asal-Usul Bahasa
Banyak teori yang dikemukakan para pakar mengenai asal-usul bahasa. Dalam kajian psikolinguistik Abdul Chaer, disebutkan beberapa diantaranya :
1.      F.B Condillac (Fisuf Perancis) mengatakan bahwa asal-usul bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan atau emosi yang kuat. Kemudian teriakan-teriakan ini berubah menjadi binyi-bunyi yang bermakna dan yang lama-kelamaan semakin panjang dan rumit.
2.      Brooks (1975) bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia.
3.      Von Schlegel filsuf Jerman berpendapat bahwa bahasa yang ada di seluruh dunia tidak mungkin berasal dari satu bahasa saja. Asal-usulnya berlainan tergantung pada factor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa itu. Misalnya, dia lahir karena kesadaran manusia itu sendiri, dll. Akan tetapi, Von tetap menekankan pada akal manusia. Menurutnya, akal manusia sendirilah yang membuatnya sempurna.[3]
C.    Struktur Bahasa
Dalam setiap analisis bahasa ada dua buah konsep yang prlu difahami, yaitu struktur dan system. Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-unsur didalam suatu ujaran. Misalnya, materi kaidah transformative pada kajian linguistic umum seperti : fonem, frasa, dll. Jadi dengan kata lain struktur bahasa juga bias katakan sintaksis. Sintaksis disebut juga ilmu tata kalimat yang menguraikan hubungan antar unsur bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Relevansi Sintaksis difokuskan pada unsur-unsur pembentuk kalimat baik dari segi strukturnya (segmental maupun dari segi unsur-unsur pelengkapnya (suprasegmental).
Didalam bahasa Arab struktur bahasa terbagi menjadi tiga, yaitu: nahwu, shorof dan i’lal. [4] Sedangkan sistem yaitu berkenaan dengan hubungan antara unsur-unsur bahasa pada satuan-satuan ujaran yang lain. Misalnya verba aktif, verba pasif.
Perhatikan contoh berikut :
Kalimat     : Andi  membuang sampah di Jalan.
Struktur     :   S             P               O             K
Adapun struktur bahasa dalam kajian psikolinguistik Abdul Chaer meliputi :
1.      Tata bahasa, dimana komponennya meliputi : sintaksis, semantic dan fonologi.
·         Komponen sintaksis adalah urutan dan organisasi kata (leksikon) yang membentuk frase atau kalimat dalam suatu bahasa menurut aturan atau rumus dalam bahasa itu.
·         Komponen semantik adalah pemahaman akan kata-kata yang di ucapkan.
·         Komponen fonologi adalah system bunyi suatu bahasa.
2.      Struktur lahir dan struktur batin.
Didalam kaidah transformasi, setiap kalimat yang dilahirkanmempunyai dua struktur, ini menurut linguistic generative transformasi. Dimana dtruktur itu berupa :
·         Struktur dalam : struktur kalimat itu berada di dalam otak penutur sebelum diucapkan.
·         Struktur luar : struktur kalimat itu ketika diucapkan dan dapat didengar. Jadi, bersifat konkret.
Kita ingat kembali pelajaran dahulu mengenai kaidah transformasi. Dimana didalamnya dijelaskan kaidah-kaidah perubahan struktur kalimat. Misalnya dari kalimat aktif ke pasif, transformasi tunggal yaitu mengubah bagian atau sebuah kalimat menjadi bagian atau sebuah kalimat lain yang berbeda strukturnya. Didalamnya akan mengalami proses penambahan (addition), penghilangan (deletion), permutasi/ pertukaran/ pergerakan (permutation), dan penggantian (substitution). [5] sedangkan Samsuri dalam bukunya menjelaskan, dalam transformasi tunggal ada beberapa kaidah transformasi : imperatif (penghapusan subjek), pertanyaan, fokus, nominalisai, dan  posesif, dll.
Perhatikan contoh berikut ini :
1.      Murid itu mudah diajar.
2.      Murid itu senang diajar.
Kalimat 1 dan 2 struktur luarnya sebagai berikut       :
                                    K

                        FN                   FV
                       
            N                     Art  A              V
Dari diagram pohon diatas, struktur luarnya persis sama antara kedua kalimat. Namun, kita sebagai penutur bahasa Indonesia pasti bisa merasakan bahwa makna yang terkandung pada ke dua kalimat itu  jelas berbeda. Pada kalimat pertama dominan terasa bahwa mudah pada kalimat pertaama ditujukan pada guru yang mengajarnya. Sedangkan senang pada kalimat kedua, itu tertuju pada siswa yang diajarkannya.
D.    Proses Berbahasa
Berbahasa merupakan salah satu perilaku dari kemampuan manusia, sama dengan kemampuan dan perilaku untuk berfikir, bercakap-cakap, bersuara ataupun bersiul. Bebahasa merupakan kegiatan dan proses memahami dan menggunakan isyarat komunikasi yang disebut bahasa.[6]
Berbahasa merupakan gabungan dari dua proses yaitu proses produktif dan proses reseptif. Proses produktif berlangsung pada diri sang pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna. Sedangkan proses reseptif berlanglung pada diri pendengaryang menerima kode-kode bahasa yang bermakna.
Proses rancangan bahasa produktif dimulai dengan enkode semantik yakni proses penyusunan konsep, ide, atau pengertian. Kemudian dilanjutkan dengan proses decode dramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Selanjutnya diteruskan enkode fonologi yakni penyusunan unsure bunyi dari kode itu. Proses enkode ini terjadi pada otak pembicara.
Proses decode dimulai dengan decode fonologi yakni penerimaan unsure-unsur bunyi melalui telinga pendengar. Kemudian dilanjutkan dengan proses decode gramatikal yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Lalu diakhiri dengan decode semantic yakni pemahaman akan konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode-kode tersebut. Proses decode ini terjadi pada otak pendengar.
Dari proses enkode dan decode ini terjadilah proses transmisi, proses transmisi adalah proses pemindahan atau pengiriman kode-kode yang terdiri atas ujaran manusia yang disebut bahasa. Proses ini terjadi antara mulut pembicara sampai ke telinga pendengar. Proses enkode dan decode ini terangkum dalam proses komunikasi.
Enkode pesan dalam otak penutur      Dekode pesan dalam otak si pendengar


 

De Saussure seorang linguis dari Swiss menyatakan bahwa proses bertutur atau tindak bahasa itu merupakan rantai hubungan di antara dua orang atau lebih penutur A dan pendengar B (Simanjuntak, 1987). Perilaku tuturan itu terdiri atas bagian fisik yang terdiri atas mulut, telinga dan bagian dalam yaitu bagian jiwa atau akal yang terdapat dalam otak bertibdak sebagai pusat penghubung. Jika A bertutur, maka B mendengar dan jika B bertutur maka, A mendengar.[7]
            Apabila kita menguasai suatu bahasa, maka dengan mudah tanpa ragu ragu kita dapat menghasilkan kalimat kalimat baru yang tidak terbatas jumlahnya. Teori semacam itu merupakan teori Chomsky. Teori itu terutama menyangkut sepasang pembicara yang ideal dalam suatu masyarakat bahasa, di mana kedua pembicara itu mempunyai kemampuan yang sama. Penutur dan pendengar harus mengetahui bahasanya dengan baik. Terjadinya proses komunikasi bahasa membutuhkan interaksi dari bermacam macam faktor, yaitu kompetensi bahasa penutur dan pendengar sebagai pendukung komunikasi tadi. Chomsky membedakan kompetensi bahasa, yaitu pengetahuan penutur tentang bahasanya dan performansi yaitu penggunaan bahasa (menghasilkan dan memahami kalimat kalimat dalam realitas).
            Proses produksi kalimat itu pada hakikatnya bermula dari makna dan kemudian pembicara mengantikannya dengan bunyi bahasa. Hal itu sejajar dengan pemahaman makna yang bermula dari bunyi bahasa dan pendengar menggantikannya dengan makna. Dalam menghasilkan kalimat atau tuturan, urutan ketat antara tahap tahap semantik, sintaksis, dan fonetik tidak perlu harus ditaati. Kadang kadang urutan itu bisa dilompati.
Dalam proses memahamii tuturan, sebenarnya telah terjadi proses mental dalam diri pendengar. Pendengar tidak hanya secara pasif mendaftar bunyi bunyi itu saja, tetapi ia secara aktif memproses dalam pikirannya. Ada tuturan yang mudah dipahami dan ada pula tuturan yang sukar dipahami. Tuturan itu sukar bagi pendengar apabila tuturan itu tidak sesuai dengan harapan kebahasaannya dan jauh dari batas psikologis tertentu. Pendengar merekonstruksi secara aktif bunyi-bunyi bahasa dan kalimat dalam keselarasannya dengan harapan, baik secara kebahasaan maupun secara psikologis.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, maka dapat sekiranya kita membuat kesimpulan :
1.      Menurut kajian Abdul Chaer, bahasa itu satu system lambing bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Jadi jelas didalam pengertian itu tersimpan hakikat dari bahasa itu dan juga fungsinya.
2.      Sedangkan asal-usul bahasa terjadi karena bunyi manusia itu terjadi melalui getaran yang diakibatkan tekanan arus udara yang keluar dari paru-paru berinteraksi dengan dua buah pita suara di kerongkongan yang kemudian dibentuk di tempat-tempat tertentu dan dimodifikasi dengan cara tertentu sehingga akhirnya keluar melalui mulut atau hidung. [8] Kami ambil kesimpulan ini juga berdasarkan pendapannya F.B Condillac (Fisuf Perancis).
3.      Setiap bahasa memiliki struktur bahasanya sendiri. Ada beberapa yang sama atau mirip namun tiap bahasa pasti memiliki khas masing-masing terkait struktur bahasa. Misalnya struktur bahasa Indonesia dan bahasa Arab, ada sedikit kesamaan namun keduanya berbeda. Akan tetapi, setiap bahasa tentu memiliki komponen semantic, fonologi, dan gramatika.

B.     Saran
Berhubung kami hanya memfokuskan pembahasan kajian Abdul Chaer pada materi bahasa dan berbahasa, disarankan bagi penulis selanjutnya untuk menambahkan kajian lain yang masih terkait dengan materi bahasa dan berbahasa ini untuk dijadikan referensi dan menjadikan pengetahuan baru bagi kita semuanya.




Daftar Pustaka
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. Bunyi Bahasa Ilm Al-Ashwat Al-Arobiyyah. 2010. Jakarta. AMZAH.

Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta. Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. Linguistik Umum, Jakarta, 2012, PT RINEKA CIPTA.
J.D Parera. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis.  Penerbit Erlangga.
Susantisyakrimun.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bahasa-arab-struktur-bahasa.html. Diunduh 4/12/17 pukul 10:03 am.


[1] Chaer, Abdul. Linguistik Umum, Jakarta, 2012, PT RINEKA CIPTA, hlm. 31.
[2] Ibid. hlm.33-59

[3] Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm.31-33.
[4] Susantisyakrimun.blogspot.co.id/2015/11/makalah-bahasa-arab-struktur-bahasa.html. Diunduh 4/12/17 pukul 10:03 am.
[5] J.D Parera. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis.  Penerbit Erlangga. Hlm.103-104.
[6] Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta. Rineka Cipta. Hlm.45
[8] Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. Bunyi Bahasa Ilm Al-Ashwat Al-Arobiyyah. 2010. Jakarta. AMZAH. Hlm.35